Selasa, 03 Desember 2013


Biarkan aku mengubah semua yang ada di kepalamu.
Jangan menyiksa lagi dengan sajak lama yang pernah terurai dari pena.
Sungguh! itu tak seperti yang terjadi.
Kalaupun iya. Semua sudah berubah beriring waktu yang terukir.

Ini bukanlah pembodohan firasat seperti pikirmu.
bukan ilusi.
Maafkan.

Memang. Aku bukanlah orang yang mudah merasa.
Semua karena aku tidak ingin menyalah artikan keadaan.
Aku hanya ingin mengatakan "kau bukanlah persinggahan"
Tolong jangan labuhkan kekecewaan.
Sekali lagi, Maafkan.

Sabtu, 23 November 2013

Membagi Rindu



Ketika dunia benar-benar sudah terekayasa
antara akrab dan butuh masih terjengkal

bertemu dan detakan tak terasa
Ketika itu, ketika diriku berada di tengah
antara menatap atau menunduk sepertimu
aku memilih menatap saja
sebab mata ini bisa menjadi saksi kelak ketika bertemu
bahwa raga ini pernah berjumpa sebelumnya.

ketika dirimu sudah tak terjamah
antara rindu dan membiarkan memang berlawanan
sebab, rindu menawarkan pertemuan
Membiarkan menawarkan perpisahan

lirikan mata bahkan tak tertangkap lagi
mata yang sama pernah kutemui di Pinrang
lenyap.
bersama gulungan jam dan matahari

Jika disuruh memilih rindu atau membiarkan
Aku memilih untuk dijadikan rindu
Tapi biarkan rindu yang lain tetap UNTUKNYA
seseorang yang menemani

dan biarkan rindumu hanya untuk DIA
seseorang yang menangis

2013

Jumat, 15 November 2013

Tinta

Beberapa tahun lalu, ketika matahari luruh di barat. Seutas pesan bertengger lama di layar ponselku.

Senja selalu indah


Cukup lama kucerna maksud pesanmu. tapi tak juga kutemui.

Hm? kenapa kamu berpikir seperti itu? Senja kita sudah berlalu.

Minta maaf ka'.
Pesanmu datang, lagi.

Ah, selalu saja itu yang kamu katakan. Aku sudah memaafkan jauh sebelum hari ini.

Tidakkah kamu bisa melihat bagaimana cahaya diredupkan bersujud pada azan yang sebentar lagi akan melantun. Sejak itu. Sejak itu aku memaafkan.

Sudah. Tidak ada yang salah. 
Saya cuma bingung, kenapa waktu itu kamu yang tidak mau memaafkan? berapa kali minta maaf ka' tapi dicuekin. Masih tidak bisa terima.
Ingat bagaimana kacaunya aku saat itu? Bagaimana mata pelajaran di sekolah drop. Ah, kamu pasti lupa. Ini 5 tahun yang lalu.

Itu mi' kenapa ka minta maaf.
Senja akan menjadi saksi, Wi. Bisakah maafku pengganti tinta lagi?*
Tinta? bukankah kau yang menumpahkan tinta itu? Tanpa ada persetujuan.
Pergi tanpa kata.

Tinta itu sudah habis. Susah untuk mengisinya.
kau tahu, Senja menawarkan kelam setelahnya.
kuharap kau mengerti setelah ini.

Kelam? bukankah kamu menyukai malam?
pesanmu datang lagi. padahal azan sudah melantun.

Sudah, ya. Sudah azan.
Mengertilah. Tinta sudah kering. Jangan lagi.




*mengingat masa 5 tahun yang lalu. lucu rasanya

Kata-kata di atas sudah dipoles :-D

Selasa, 12 November 2013

Luruh


Aku mengenalmu seperti daun kering. Terbang bebas, terhempas dan tidak tahu berujung ke mana; tanah basah, debu mengabu ataukah di depan jendelanya.

Aku  mengagumimu seperti pucuk daun yang menggeliat pada embun.
Aku menggilaimu seperti daun hijau pada angin. Menggelitik membiarkan menggelantung.
Aku menyayangimu seperti daun coklat, menunggu kedatanganmu. mencari-cari hembusan napas.

tapi aku tidak ingin meRINDUkanmu seperti daun kering yang jatuh. Meluruh pada tanah, menggantung napas hanya di sari hidupnya.
Sebab, rinduku bukan sekedar ingin menemukamu.
Bukan hanya menatap
bukan hanya mendengar kau mengoceh

Tapi aku ingin menjejaki sunyi bersama.
mungkin dengan debaran
tanpa kata

Senin, 11 November 2013

Jengkal Napas, kusebut (Dia) Rindu




Usai dingin menjarah. Tangan menyibak tirai temara. Bulan tertidur. Seolah berusaha melipur barah. Menguapkan satu ingin. Pada awan gelap yang terkantuk tertiup angin.
Tetes air menyenggol dedaunan di tengah remang. Menggertak atap-atap. Memecah bisu yang teracik. 

Ahistoris yang terjadi padaku meresahkan. Telah banyak pikirkan tentangmu. Bermula dari tanggal 29 Juli 2013 semua rasa yang tak biasa.
Deru angin mengisi kekosongan. Melambaikan pohon dalam bingkai mata kenangan. Menyeret jiwa dalam drama awal Muharram.

Punyuk di atas ombak yang menggulung.
setiap jengkal napasmu yang terhirup, memberi kekuatan tersendiri.

Bukan karena kalah, bukan juga menang. 
Ini imbang. antara rindu dan ketakutan. 

Maafkan.
ini bukan salahmu, salahku atau keadaan. Tak ada yang salah. Tolong mengerti!


Setelah semua itu, kupikir segalanya akan berakhir dengan angan yang tak tergenggam. Menjauh seperti yang dulu kau lakukan PADANYA. Tapi tidak. Kuperhatikan punggungmu membalik, menuai senyum di tengah remang. mengecup malam yang kian beranjak.
Mungkin ini AWAL.


Sabtu, 09 November 2013

haruskah?
haruskah ada napas di antara denyut jantung?
haruskah ada jarak untuk rindu yang terpampang di depan?
haruskah ada kata pisah di balik semua yang bersama?

haruskah ada tangis untuk di ujung sana?

bukankah Allah pemilik segalanya?
menjauhkan, mendekatkan, menghidup, dan mematikan.

mengapa masih ada air mata di sudut?
mengapa selalu terbesit ketakutan?

Mengapa?

Jumat, 08 November 2013

Faa ... semua tentangmu

Aku tahu
Semua terjadi tanpa kendali, kesadaran.
Seorang teman bercerita padaku "Ketidaksadaran penuh dengan kejujuran"
Maaf, aku yang salah.

Tak perlu ucap kata untuk meraup hati
karena mata itu sudah menjawab.
cukup diam dan dengarkan, katamu.
cukup mengerti dan labuhkan, kataku.

aku ada untukmu
menanti janji dan seujung harap

Selasa, 05 November 2013

Sudahkah Anda shalat?



‘‘Di Manakah Dosa² Kita Diletakkan Allah SWT Saat Kita Sholat ?’’

Rasulullah SAW bersabda;
“Sesungguhnya jika seorang hamba sedang sholat, ia datang membawa dosa- dosanya dan Allah SWT meletakkan dosa-dosanya itu di atas kepala atau pundaknya. Maka setiap ia ruku‘ atau sujud dosa-dosa itu jatuh berguguran...!!!”
(HR. Ibnu Hibban dinyatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Kanzul Ummal 7/287)



Allah mencintaimu :*

Minggu, 03 November 2013

Dengarkan!

Saya tahu “ditinggalkan” itu sakit. Tapi saya baru tahu kalau “meninggalkan” akan seperih ini. 
Mungkin cukup baik kalau saya yang ditinggalkan seperti dulu.
Untuk belajar menunggu. karena katamu aku tidak becus untuk menunggu.
Menunggu sesuatu yang akan kembali atau tidak sama sekali.

Rabu, 30 Oktober 2013

Nikmatnya Rasa Sakit


Abi Umamah Al Bahili menerangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Apabila seorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis semua amal kebajikan yang dilakukan sewaktu sehat dan bahagia."
Dalam riwayat lain diterangkan, Rasulullah bersabda: "Apabila seseorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada empat malaikat, yang masing-masing dari mereka mendapat tugas sendiri-sendiri. Yang satu mendapat tugas mengambil kekuatan yang ada pada badannya, hingga dia menjadi lemas tak berdaya. Yang satu mendapat tugas mengambil kenikmatan yang ada pada mulutnya, hingga dia tidak merasakan nikmatnya makan dan minum. Yang satu mendapat tugas mengambil cahaya  yang ada pada mukanya, hingga dia kelihatan pucat lesi. Dan, satu lagi mendapat tugas mengambil semua dosa yang telah dilakukan, hingga dia bersih dari segala dosa lantaran sakit.
         Ketika Allah menghendaki dia sembuh dari sakitnya, maka diperintahkan kepada malaikat yang mengambil kekuatan dari badannya agar mengembalikannya, hingga dia memiliki kekuatan lagi. Kepada malaikat yang mengambil rasa nikmat dari mulutnya diperintahkan pula agar mengembalikannya, hingga dia bisa merasakan kembali kenikmatan makan dan minum. Kepada malaikat yang mengambil cahaya dari wajahnya diperintahkan agar mengembalikan cahayanya, hingga dia kelihatan berseri.
         Dan kepada malaikat yang mengambil dosa-dosanya tidak diperintahkan untuk mengembalikan, hingga malaikat itu segera bersujud kepada Allah seraya berkata: "Ya Allah, sungguh Engkau telah menugaskan kepada empat malaikat untuk mengambil sesuatu dari hamba-Mu yang sakit. Setelah sembuh, Engkau perintahkan kepada para malaikat untuk mengembalikan apa yang telah dia ambil. Karena apakah hingga Engkau tidak memerintahkan kepadaku untuk mengembalikan dosa-dosa yang telah aku ambil dari dirinya?
Mendengar pengaduan malaikat, Allah segera berfirman: "Karena sifat keagungan-Ku, tidak pantas bila Aku memerintahkan kepadamu agar mengembalikan dosa-dosa hamba-Ku setelah dia merasakan penderitaan ketika sakit. "
        Kemudian malaikat pengambil dosa berkata: "Ya Allah, kemudian akan aku gunakan untuk apakah dosa-dosa ini?" Jawab Allah: "Pergilah, dan buanglah dosa-dosa itu ke samudra."
Malaikat itupun segera pergi ke samudra, membuang semua dosa yang dia ambil dari si sakit. Lalu dosa-dosa itu oleh Allah dijadikan binatang berupa buaya di samudra. Bila dalam sakitnya dia meninggal, berarti dia keluar dari alam dunia dalam keadaan bersih dari segala dosa.
         Suatu ketika Rasulullah pernah berwasiat kepada Salman Al-Farisi, "Sesungguhnya ada tiga hal yang menjadi kepunyaanmu di dalam sakit. Pertama, engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT. Kedua, doamu diijabah oleh Allah. Dan ketiga, penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu. Semoga Dia menggembirakan kamu dengan kesehatan sampai ajalmu datang."
         Ada doa Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah yang mulia, ketika dia sakit; "Ya Allah, saya tidak tahu mana yang harus aku syukuri di antara sehat dan sakitku? Mana di antara kedua waktu itu yang patut aku sampaikan pujian kepada-Mu? Apakah waktu sehat, ketika Engkau senangkan daku dengan rezeki-Mu yang baik, dan Engkau giatkan daku dengan rezeki itu untuk memperoleh ridha dan karunia-Mu, serta Engkau kuatkan daku untuk melaksanakan ketaatan pada-Mu? Atau waktu sakitku, ketika Engkau bersihkan dosaku, dan meringankan dosa-dosa yang memberati punggungku, menyucikan diriku dari liputan kesalahan, mengingatkan daku untuk bertobat kepada-Mu, dan menyadarkan daku untuk menghapuskan kekhilafan dalam melalaikan syukur atas nikmat-Mu."
          Karenanya, ada orang-orang yang di ujung hayatnya sakit terus, tidak sembuh-sembuh. Hal itu merupakan suatu keberuntungan baginya. Apalagi jika dulu, ketika masih sehat, dia hampir tidak pernah berdzikir kepada Allah. Bahkan banyak orang yang waktu mudanya lebih banyak lupa kepada Allah. Kemudian sebelum meninggal, dia sakit agak lama. Itu merupakan kasih-sayang Allah kepadanya, seandainya dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya.

        Jadi, sakit dapat dijadikan sebagai penebus dosa, bila si sakit sabar dan tabah menghadapi kenyataan hidup. Dalam hal ini, Rasulullah telah bersabda: "Sakit panas sehari semalam merupakan tebusan dosa (kecil) yang telah dilakukan selama satu tahun."

Minggu, 13 Oktober 2013

Apa ini, Rindu?


Kemarin kau labuhkan rindu itu di tanganmu
"saya hanya ingin supaya terkenang" katanya.
Tidak resahkan kau melihat rindu itu 
mengganggu kegiatanmu selalu
meminta diperhatikan

kau tahu
di balik dadamu
setiap waktu dia resah menanti
kapan rindu itu muncul lagi dan kau akan datang

"Besok-besok simpan aku di sini lagi, ya."
kau suka dia duduk di tanganku
kau bisa memandangmu
 ketika rasa itu muncul
Ah, Rindu



2013

Senin, 07 Oktober 2013

wq

Merindu pada suasana seperti ini dengannya



"Jangan menghubungiku beberapa hari ini." Tekanan suaranya mengambang.
"Loh? kenapa?"
"Tidak apa-apa." Embusan napasnya lepas.
"Kok? saya punya salah? kenapa tiba-tiba?"
"Aku hanya ingin melihat bagaimana rindu ini bermain" 

Ayat Terkubur


Biarkan ayat-ayat menyentuh senja
Ketika itu terjawab sudah,
Mari mengambil ayat-ayat itu
Lalu kita simpan dalam bibirmu yang kering

Ah, sungguh bibirmu betul-betul tandus, ketika ayat itu tersimpan
Ah,sungguh bibirmu betul-betul retak, ketika ayat-ayat itu menanti malam yang tiba

Dan ada “ah” yang lain ketika bibirmu betul-betul mati, ketika aku tuliskan basmalah di bibirmu

Lebih baik aku buang bibirmu. Aku simpan di langit. Aku simpan di awan juga angin.
Lalu akan kulabuhkan di hujan. Karena kau memang tak pantas.

Bibirmu itu tidak dicipta untuk sekedar perias
Juga bukan sebagai melukis gincu
Lalu akan kuucapkan;
“Bir, pergilah dan jangan kembali”

2013