Senin, 11 November 2013

Jengkal Napas, kusebut (Dia) Rindu




Usai dingin menjarah. Tangan menyibak tirai temara. Bulan tertidur. Seolah berusaha melipur barah. Menguapkan satu ingin. Pada awan gelap yang terkantuk tertiup angin.
Tetes air menyenggol dedaunan di tengah remang. Menggertak atap-atap. Memecah bisu yang teracik. 

Ahistoris yang terjadi padaku meresahkan. Telah banyak pikirkan tentangmu. Bermula dari tanggal 29 Juli 2013 semua rasa yang tak biasa.
Deru angin mengisi kekosongan. Melambaikan pohon dalam bingkai mata kenangan. Menyeret jiwa dalam drama awal Muharram.

Punyuk di atas ombak yang menggulung.
setiap jengkal napasmu yang terhirup, memberi kekuatan tersendiri.

Bukan karena kalah, bukan juga menang. 
Ini imbang. antara rindu dan ketakutan. 

Maafkan.
ini bukan salahmu, salahku atau keadaan. Tak ada yang salah. Tolong mengerti!


Setelah semua itu, kupikir segalanya akan berakhir dengan angan yang tak tergenggam. Menjauh seperti yang dulu kau lakukan PADANYA. Tapi tidak. Kuperhatikan punggungmu membalik, menuai senyum di tengah remang. mengecup malam yang kian beranjak.
Mungkin ini AWAL.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar