Jumat, 15 November 2013

Tinta

Beberapa tahun lalu, ketika matahari luruh di barat. Seutas pesan bertengger lama di layar ponselku.

Senja selalu indah


Cukup lama kucerna maksud pesanmu. tapi tak juga kutemui.

Hm? kenapa kamu berpikir seperti itu? Senja kita sudah berlalu.

Minta maaf ka'.
Pesanmu datang, lagi.

Ah, selalu saja itu yang kamu katakan. Aku sudah memaafkan jauh sebelum hari ini.

Tidakkah kamu bisa melihat bagaimana cahaya diredupkan bersujud pada azan yang sebentar lagi akan melantun. Sejak itu. Sejak itu aku memaafkan.

Sudah. Tidak ada yang salah. 
Saya cuma bingung, kenapa waktu itu kamu yang tidak mau memaafkan? berapa kali minta maaf ka' tapi dicuekin. Masih tidak bisa terima.
Ingat bagaimana kacaunya aku saat itu? Bagaimana mata pelajaran di sekolah drop. Ah, kamu pasti lupa. Ini 5 tahun yang lalu.

Itu mi' kenapa ka minta maaf.
Senja akan menjadi saksi, Wi. Bisakah maafku pengganti tinta lagi?*
Tinta? bukankah kau yang menumpahkan tinta itu? Tanpa ada persetujuan.
Pergi tanpa kata.

Tinta itu sudah habis. Susah untuk mengisinya.
kau tahu, Senja menawarkan kelam setelahnya.
kuharap kau mengerti setelah ini.

Kelam? bukankah kamu menyukai malam?
pesanmu datang lagi. padahal azan sudah melantun.

Sudah, ya. Sudah azan.
Mengertilah. Tinta sudah kering. Jangan lagi.




*mengingat masa 5 tahun yang lalu. lucu rasanya

Kata-kata di atas sudah dipoles :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar