Selasa, 04 Maret 2014

Bagaimana memaknai rasa yang ter-eja?


Bagaimana memaknai keadaan?
kau tahu, Rinduku serasa mulai sekarat. Menunggu mungkin adalah diksi yang salah, sebab perasaan selalu di sana dan tidak akan kemana-mana. Ya, tetap di sana ketika tak ada tangan yang terulur.

Bagaimana memaknai masa lalu?
Kau tahu, memori tentangmu bergelayut manja ketika waktu berdinding sunyi. Tidak, jangan katakan aku tidak memiliki seseorang di sampingku,tidak. Ruang kelas begitu ribut, teman sebangku bahkan dengan cerewet berkisah -entah apa itu-. Tapi yang terpikir hanya apa? jangan tanyakan lagi. Ini tentangmu. Maaf kurasa aku memang harus belajar. Tapi bukankah itu membutuhkan waktu?

bagaimana memaknai perasaan?
Kau tahu, setiap kenangan itu berhasil menggeret-geret isi kepalaku. Memaksa dadaku memberi respon yang sama. Sungguh, tak bisa kunamai ini perasaan semacam apa. Yang kutahu, waktu benar-benar sanggup melumatku ke memori itu.

Bagaimana mengurai perasaanku (padamu)?
Biarkan aku menghitung waktu dengan napas yang tersisa
Dengan sembilu yang tertanam
Dengan rasa yang sulit kueja lagi.

Satu kalimat untukmu: Aku akan bermain peran (melupakan dan tidak pernah menunggu) seperti inginmu.
dan satu kata dariku: MAAF.

3 komentar: